Sabtu, 10 Desember 2011

Merangkai Kata, Mendewasakan Diri

MERANGKAI KATA, MENDEWASAKAN DIRI
Oleh : Sekar illalang

            Menulis merupakan adalah kegiatan yang mudah dilakukan dimana saja dan kapan saja. Menulis merupakan kegiatan yang sangat populer di semua kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa semuanya sering menulis. Latar belakang mereka menulis pun beragam. Ada yang menulis karena tugas sekolah karena tuntutan profesi, atau karena kegemaran atau hobby. Namun ada juga yang menulis karena iseng semata.
            Apapun tulisannya yang jelas menulis telah menjadi kegiatan wajib bagi sebagian orang dan kegiatan yang menghibur bagi sebagian orang yang lain. Namun tak dapat kita hindari perkembangan zaman telah membuat semangat menulis mulai meredup. Tulisan ilmiah dan artikel yang diciptakan oleh remaja tidak sebanyak dulu. Jika di beberapa koran masih mencantumkan opini remaja pastilah hanya segelintir saja yang remaja yang berminat. Mengapa demikian?
            Pertama karena remaja sekarang telah terlena dengan kemajuan teknologi. Remaja tidak menyadari dampak kemajuan teknologi. Padahal kemajuan pesat teknologi tidak selamanya membawa dampak positif karena ternyata tekonologi bisa meracuni remaja. Banyaknya remaja yang lebih senang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar computer untuk bermain game online dibandingkan melakukan aktivitas yang bermanfaat. Mereka rela untuk menahan haus dan lapar untuk sekedar mengadu kelincahan tangan dan taktik bermain game. Mareka bahkan sangat jarang menekan tombol keyboard untuk mengetik kata atau tugas sekolah padahal mereka berada di depan laptop berjam-jam. Apabila ada tugas mengarang atau menulis artikel mereka hanya mengkopi dari internet. Sehingga sering kita temui tulisan mereka kurang padu dan terkesan asal-asalan.
            Faktor yang kedua adalah anggapan remaja bahwa menulis adalah kegiatan yang membosankan. Mereka selalu mengganggap menulis  membutuhkan keterampilan dan ilmu khusus sehingga harus berpikir keras jika menulis. Mereka juga menganggap menulis itu hal yang membosankan karena saat menulis kita hanya berkutat dengan buku-buku saja. Sehingga menulis tidak dianggap gaul di mata remaja dan mereka melekatkan anggapan yang buruk terhadap kegiatan menulis. Padahal sebaliknya menulis mampu mengembangkan pola pikir kita supaya tidak ketinggalan zaman.
            Ketiga yaitu faktor lingkungan yang tidak mendukung kegitan menulis itu sediri. Pada zaman modern sekarang ini para orang tua lebih mendukung anaknya belajar musik, menari, dan olahraga. Mereka para orang tua seakan lupa budaya menulis yang harus diajarkan. Mereka bahkan kurang mendukung ketika anaknya lebih menyukai menulis karena mengganggap menulis sebagai kegiatan yang biasa dan mudah dilakukan. Terlebih lagi banyak orang tua yang kurang paham tetang pentingnya budaya menulis dalam kehidupan. Seharusnya para orang tua dapat mengarahkan putra – putrinya untuk giat menulis.
            Dari beberapa faktor diatas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat khususnya remaja kurang paham tentang manfaat menulis. Jadi sangat diperlukan kesadaran tentang manfaat menulis untuk meninggkatkan minat menulis itu sendiri. Lalu apa manfaat menulis ?  
            Dalam bukunya Daripada Bete Nulis Aja !, Caryn Mirriam Golgberg penulis besar asal Amerika menjelaskan beberapa manfaat menulis dan dengan sedikit perubahan ulang saya menuliskanya kembali.
            Menulis dapat membantu menemukan jati diri seseorang. Pasti kalian yang membaca artikel ini merasa tidak percaya. Namun Caryn telah membuktikannya sendiri ketika dia pertama kali menulis. Saat itu dia selalu menulis setiap hal yang menarik yang dia temui dan dia juga menulis tentang semua hal yang dia rasakan. Pada awalnya dia hanya sekedar iseng tetapi dia mencoba membaca ulang tulisan saya sendiri dia merasa bahwa inilah dirinya. Dia mampu mengerti tentang kelebihan, kekurangan, dan bakatnya. Sehingga dia lebih mampu mengendalikan emosi serta menata hidup saya ke depan agar mampu mencapai impiannya. Saat memulai menulis Caryn masih remaja dan bertepatan dengan itu keluarganya sedang mengalamimasalah besar yaitu perceraian. Namun dia bertindak tepat, dia hanya menulis dan menulis perasaannya. Dengan demikian dia tahu apa yang harus diperbuatnya dan bagaimana dia harus bersikap mengahdapi kemelut. Akhirnya dia pun sukses melalui masalah itu dan berjuang menjadi penulis seperti sekarang.
            Menulis juga membantu menumbuhkan percaya diri dan meninggkatkan kebanggaan terhadap diri sendiri. Sebelumnya saya tekankan bahwa menulis tidak membutuhkan otak yang cerdas. Menulis hanya membutuhkan kerajinan berlatih dan kesabaran. Pada awalnya semua dilandasi rasa ingin mencoba dan menjadi diri sendiri meski tulisan kita apa adanya. Demikian ternyata sangat bermanfaat bagi perkembangan mental seseorang. Kalian ingin bukti ? Sekarang coba ambilah pena dan selembar kertas lalu ceritakan perjalanan hidup anda dan semua yang telah anda raih. Awalnya kita pasti merasa menjadi orang yang biasa saja tapi setelah membaca tulisan kita sendiri kita akan sadar bahwa ada bagian dari diri kita yang mampu di banggakan. Tentunya kita tak perlu minder lagi dan kita harus lebih percaya diri menjalani hidup kita sekarang.
            Sessudah mengikuti arahan saya kalian pasti berfikir bahwa mungkin saja ini hanya kebetulan tetapi seorang penulis hebat lainnya beranggapan seperti saya. Dia adalah Reni Erina, redaktur majalah remaja Story. Pada salah satu tulisannya di majalah Story edisi 22/Th.II/Mei 2011-Juni 2011 yang berjudul “Bayar Kecewa Lewat Tulisan”  dia berpendapat dengan membaca tulisan kita sendiri mampu meningkatkan kepercayaan diri kita. menulis. Jadi buat apa anda ragu untuk menulis ?
            Menulis merupakan cara bagaimana kita bisa mendengar pendapat kita sendiri. Menulis adalah kegiatan paling bebas karena tidak ada batasan kita menulis sebatas tidak mengganggu orang lain. Jadi menulis merupakan solusi tepat untuk kita yang ingin mengungkapkan pendapatnya. Bahkan mungkin saja kita dapat menemukan pendapat yang unik dari dalam diri kita. Kemudian pendapat tersebut dapat membuat kita lebih cerdas dalam memandang suatu masalah yang kita hadapi. Pada akhirnya kita mampu mengatasi masalah tersebut sendiri tanpa bantuan orang lain.
            Ada juga pendapat bahwa menulis adalah cara untuk berkontribusi terhadap dunia. Sebab kita bisa menuliskan segala pengetahuan yang kita terima dan mempostingnya pada blog ataupun situs pribadi kita. Kita juga bisa menulis kemudian membagi info dan berita kepada orang lain di seluruh dunia dengan cara mengirimnya lewat surat atau email. Dengan demikian kita menjadi manusia yang lebih bermanfaat dengan sekedar menulis beberapa paragraf saja.
            Menulis mampu melatih kita untuk berpikir lebih kritis. Apabila sudah terbiasa menulis kita akan terlatih menfokuskan pikiran terhadap sesuatu yang kita tulis. Sehingga tanpa sadar kita berpikir jauh lebih mendalam dan cermat terhadap objek yang akan kita tulis. Bahkan terkadang kita mampu menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan orang lain dan kita juga terpancing untuk membuat pertanyaan baru. Misalnya saja saya sedang menulis tentang perpustakaan pasti saya akan dapat menjawab pertanyaan teman saya tentang perpustakaan. Kemudian saya harus menciptakan pertanyaan baru tentang perpustakaan agar tulisan saya tentang perpustakaan menjadi menarik.
            Menulis adalah salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas. Kreativitas adalah kompetensi dalam diri kita yang mampu kita kembangkan.Apabila banyak orang pintar di negeri ini. Akan tetapi tidak banyak orang kreatif yang hidup di negeri ini. Sebab umumnya Negara kita hanya terpacu pada bagaimana membuat anak bangsa ini cerdas. Padahal cerdas saja tidak cukup untuk menjadi orang yang sukses. Faktanya banyak sarjana yang menjadi tuna karya meski kecerdasan mereka tidak diragukan lagi. Di sisi lain banyak wiraswasta yang sukses dengan usaha mereka padahal mereka hanya bermodal nekat dan sedikit kreativitas. Lalu apa hubungannya menulis dengan kretivitas ? Tentu saja ada hubungan yang sangat erat disana. Seorang yang terbisa menulis akan selalu kritis terhadap segala kondisi yang ada di hadapannya. Dia juga harus berpikir beda dari orang lain agar menghasilkan tulisan yang benar – benar layak dibaca. Dengan kebiasaan itulah seorang penulis dilatih berpikir lebih kreatif dan pandai menyiasati suatu masalah.
            Menulis itu juga menumbuhkan sikap mandiri tentunya dari berbagai aspek. Mulai dari kemandirian dalam keuangan karena apabila kita sering menulis dan tulisan kita dimuat di media pasti akan mendapat imbalan. Sampai pada aspek kemandirian mental. Seperti ketika ada masalah yang menimpa kita maka kita mampu melampiaskan kemarahan, ketakutan, kesedihan, dan berbagai perasaan yang menyedihkan lainnya lewat menulis. Lalu tidak sekedar melampiaskan emosi sesaat kita juga mampu menyembuhkan diri dari masalah yang membelenggu karena saat kita menulis otak kita juga terpacu untuk berpikir dan mengidentifikasi masalah dengan lebih cermat. Alhasil kita mampu menyelesaikan masalah tersebut sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.
            Selain itu menulis akan membuat kita lebih hidup. Mengapa ? Karena kita mampu menemukan impianmu melalui menulis selain itu kita mendapatkan kesenangan mampu menciptakan suatu karya. Saya teringat kata-kata penulis besar Amerika, Caryn Mirriam Golgberg yang berkata menulis merupakan proses kreatif dengan kata lain dapat membantumu mencapai tempat terdalam saat kamu ketakutan tersembunyi dan mimpi-mimpimu menari.
            Manfaat terakhir menulis adalah menghasilkan uang. Patut kita akui bahwa kita adalah manusia yang juga makhluk ekonomi. Pasti langkah kita tidak jauh dari perhitungan ekonomi. Pendapat yang beredar dalam masyarakat adalah pekerjaan penulis itu tidak menjanjikan. Akan tetapi mari kita lihat faktanya. Penulis besar dari Solo, Donatus A.Nugroho dalam bukunya 24 Jam Jagoan Nulis Cerpen dengan jelas menerangkan bahwa dia rela melepas jabatannya menjadi pegawai negeri dan memilih menjadi penulis. Menurut penulis yang berulangkali mendapat penghargaan ini menulis itu sangat menyenangkan, denga waktu singkat kita mampu mendapatkan uang yang banyak. Bahkan jika dihitung gaji seorang pegawai negeri kelas menengah mampu kita hasilkan dengan beberapa buah cerpen. Dasyat bukan?
            Oleh karena itu kita harus rajin menulis untuk mengungkapkan ide kita bentuknya pun bebas boleh lewat artikel, cerpen, atau esai. Semua tulisan itu akan sangat membatu kita menjadi lebih dewasa dalam kehidupan. Kemudian apabila tulisan kita diterima masyarakat hasil dari tulisan kita akan mengahntar kita menjadi dewasa dalam segi kemandirian materi.
             Begitu banyaknya manfaat yang kita dapatkan jika kita mau mencoba dan belajar menulis dan itulah yang membuat menulis menjadi kegiatan yang ajaib. Kita hanya perlu merangkai huruf dan merangkai kata untuk mendapatkan banyak sekali manfaat menulis.  Oleh karena itu jangan buang waktu, ayo bergegas kita menulis! Jangan tunggu sampai ide menulis datang tapi menulislah untuk mendatangkan ide baru. Selamat menulis !
 

Cendol Termanis di Dunia

Hai, sahabatku! Apa kabar? Baik dong pastinya >.< Alhamdulilah yah..
Oh ya kali ini aku mau tanya sama kalian semua. Kalian tahu cendol kan? Itu lho minuman yang ada santannya. Biasanya berwarna-warni dan rasa manis yang cihuy banget. Pasti tahu dong! Udah pernah nyoba minum cendol kan? Menurut kamu cendol apa yang paling manis? Hayo jawab! Katanya tadi udah pernah minum cendol kok pada diem sih :3
Oke, sahabatku dan seluruh handai taulan yang tanpa sengaja baca catatanku ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan memberitahu kalian Cendol termanis di dunia. Tapi dengan versi yang agak berbeda, coba tebak? Ada yang tahu! Wah wah, kalian pendiam ya ternyata ya udah lansung aku cerita.
Cendol termanis d,idunia itu ada di facebook tapi kedasyatan rasanya bisa dirasakan hingga dunia nyata bahkan mungkin dunia akhirat. Kalian nggak tanya harganya? Aku jawab dulu deh. Harganya cukup Rp 0,- alias gratis. Syaratnya Cuma simple, kalian harus rajin online dan punya semangat untuk belajar nulis.
Haduh, haduh…  Sekar kamu ngomong apaan sih? Kok nggak nyambung banget! Cendol ? Belajar nulis? Bingung >.
Sabar, sahabatku ! Cendol itu singkatan dari   Diskusi Fiksi.Menulis Fiksi.Membaca Fiksi (Universal Nikko+mayokO aikO)adalah sebuah grup terbuka di  Facebook yang mewadahi setiap anggotanya untuk belajar menulis. Bahasa gaulnya ini sekolah menulis. Sejarahnya Grup Cendol ini diprakarsai oleh seoarang penulis keren bernama Mayoko Aiko ( Sekedar info aja Pak Mayoko Aiko si founder dan Kepala sekolah Cendol ini alumni SMA N2 Wonogiri, sedangkan aku sekarang sekolah di SMAN 1 Wonogiri. Sebelas duabelas kan? Jadi bisa diprediksi kalau suatu hari nanti aku lebih keren dari beliau. Allahuma amin…) Nah Pak Mayoko Aiko nggak sendiri ternyata, beliau bertemu dengan si Raja Cerpen Donatus A. Nugroho dari keratin Banyuanyar tapi tenang mereka nggak cinlok. Mereka mengajak sahabatnya lain yaitu Reni Erina yaitu managing directornya STORY majalah teenlit terkeren di Indonesia sekarang dan Putra Gara suhunya para novelis sejarah untuk mengajar di kelas Cendol. Dalam perkembangannya sekarang kelas cendol diampu oleh banyak sekali novelis dan penulis yang keren. Maaf aku nggak bisa menjelaskan satu-satu soalnya jumlah cendoler (siswa cendol) sudah mencapai 4000 orang. Kaget ya? Aku aja juga kaget malah kadang nggak percaya tapi ini fakta. Sekali lagi biar dramatis, FAKTA!
Terus kenapa kok Cendol jadi grup termanis di dunia? Kan banyak tuh grup sastra atau sekolah menulis online yang lain!
Ya, aku akan cerita lagi tentang Cendol sahabatku. Kamu duduk yang manis ya!
Awalnya aku masuk Cendol waktu kelas 11 SMA, maaf lupa bulannya apa. Waktu itu aku inget bener yang masukin aku ke grup Cendol itu Bunda Erin, soalnya sebelumnya aku joint di fans pages-nya STORY. Nah pada saat itu aku juga bingung nggak paham maksudnya Cendol. Sampai aku teriak minta tolong sekenceng-kencengnya tapi dalam hati saja. Akan tetapi itu nggak lama kok, aku Cuma butuh waktu untuk mempelajari bagaimana sistematika kelas Cendol. Yah, harap maklum orang Wonogiri itu Ndeso(Mayoko Aiko quote) Dari sanalah semua bermula, aku jadi sadar untuk mulai menulis kita harus belajar cerita. Jika saat menulis kita mengalami kebingungan maka kita harus diskusi dan Grup Cendol adalah tempatnya.
Lalu kenapa harus Cendol? Kenapa nggak yang lain?
Tenang, aku juga bakal cerita tentang itu. Aku tadi istirahat ambil nafas tahu!
Kenapa harus Cendol? Karena Cendol yang paling manis di dunia! Cendol punya tiga sifat yang beda dari grup-grp lain di dunia maya. Tiga sifa itu, adalah :
1. Seru!!!
Udah jadi rahasia umum kalau yang namanya belajar itu bakalan membosankan dan bikin males. Apalagi kalau belajar nulis, ahh bikin suntuk siang malam deh. Nah di Cendol kita nggak akan pernah suntuk atau bosan lhoo! Kok bisa? Ya bisa, soalnya kita bakalan lebih banyak diskusi dan share pengalaman jadi nggak terasa kalau kita udah belajar banyak soal nulis. Selain itu Grup Cendol juga rajin mengadakan kopdar atau diskusi nyata lhoo! Nggak percaya! Coba aja!
2. Keren!!!
Grup Cendol ini keren!!! Beneran, aku berani jamin grup ini total keren! Soalnya saat kamu masuk ke Cendol dan jadi keluarga besar cendol kamu nggak akan merasa sendiri. Aka nada banyak manusia dari berbagai profesi dan usia yang menyambutmu. Mereka juga siap mendengarkan keluh kesahmu tentang apa aja! Soalnya kita punya klinik Cendol untuk curhat. Pokoknya udah mirip keliuarga nyata deh!
3. BUKAN Grup Penyamun
Sebelumnya aku akan menjelaskan dulu tentang definisi grup penyamun. Grup Penyamun adalah bahasa indah yang aku ciptakan untuk menamai grup aneh yang marak di dunia maya yang mengaku akan menjadikan kita penulis terkenal jika mau membayar uang sejumlah sekian. Emang ada grup begituan? Ya, ada banyak! Aku adalah satu dari sekian korbannya.
Waktu masuk cendol awalnya aku juga takut bakalan ketipu untuk kedua kalinya. Tapi sekarang aku yakin Cendol itu bukan grup penyamun. Soalnya di Cendol kalian nggak akan dipungut biaya sepeserpun buat nerbitin buku. Universal Nikko itu asli penerbit yang dimiliki oleh Pak MayokO AikO selaku kepala sekolah Cendol. Apabila kamu dipungut biaya itu juga seikhlasnya dan pasti ada tujuannya misal untu piknik atau wisata sastra. Pokoknya dijamin BUKAN grup penyamun.
Cendol nggak Cuma ngasih itu aja lhoo!
Grup Cendol juga bakalan rajin membuat lomba menulis dari berbagai genre fiksi. Terus hasilnya nanti bakalan dibukukan. Seperti aku yang udah punya satu buku antologi bareng grup Cendol judulnya Colors of Heart yang covernya aku pajang di bawah!
Eitss, nggak Cuma itu! Di kelas Cendol juga ada yang namanya cendolers poin. Siapa murid yang aktif di kelas bakalan dapet poin. Nah poinnya nanti bisa dituker barang! Asal kamu tahu ya, barang terkeren yang bisa kamu dapetin adalah BLACKBERRY! Mauuu!!
Wah seru banget dong Sekar! Aku mau gabung gimana caranya?
Mau gabung?
Klik ini : http://www.facebook.com/groups/212158505467096/333057476710531/
Mau info cendolers Poin?
Klik ini :  http://www.facebook.com/groups/212158505467096/doc/308029339213345/
Mau tahu info lomba Grup Cendol?
Klik ini: : http://www.facebook.com/groups/212158505467096/doc/327766723906273/
End of the note today adalah surat untuk salah seorang sahabat kelas Cendol yang sudah bahagia di surga. Entah kenapa jika bicara Cendol aku nggak bisa meninggalkan sahabatku yang satu ini.
Untuk : Dinar Atfa Cholifah/Nina Bibeh di Surga
Dari : Sekar Illalang di Bumi
Hay. .. Nina? What are you doing now? Pasti kamu sedang nulis cerpen bareng malaikat yang ganteng-ganteng ya J Aku kangen sama kamu Nin, kangennn bangettt! Aku pengen smsan sama kamu, chatingan sama kamu, dan diskusi di kelas Cendol bareng kamu.
Aku inget Nin, kamu pernah tanya ke aku. Apa ya yang bisa membuat anak-anak Cendol semangat nulis? Sekarang aku bisa jawab Nina. Jawabannya adalah kamu. Soalnya saat kamu pergi dari dunia tiba-tiba bahkan sebelum mimpimu jadi nyata kita anak cendol sadar. Bahwa kita sudah sangat beruntung punya fasilitas untuk nulis dan kita juga punya banyak supporter yang setia mendukung kita nulis. Sekali lagi Nina, its because of you!
Nina, sekarang uku kamu sudah ada di toko buku judulnya Senyum Bidadari Kecil. Pak Kepsek sudah menepati janjinya untuk menjadikan kamu penulis karena kamu memang layak jadi penulis. Oh ya, kamu juga dapet BB dari Pak Kepsek ternyata kamu yang paling rajin ngetwit beliau. Jujur, aku iri sama kamu Nin! Tapi aku bersyukur sempat mengenalmu karena kamu membuat hidupku semakin istimewa. Aku juga bakalan punya buku solo kayak kamu! Aku juga bakalan punya BB kayak kamu! Aku bakalan berjuang Nin, aku janji!
Udahan ya Nin, air mataku warnanya udah merah kalau diterusin nulis suratnya yang keluar bakalan darah. Titip salam buat Tuhan ya, bilang kalau Sekar mau jadi Penulis Hebat! Bilang juga Sekar pengen jadi Dokter Hewan atau Dosen! Aku tunggu balasan suratmu, Nin!
Salam sayang selalu untukmu dari sahabat yang tak pernah berhenti berdoa untukmu.
Sekar Illalang.
Ini dia 10 BUKU Karya CENDOLERS !
1. The Dark Stories (genre mistery)
2. Cinta dalam Koper (genre chicklit)
3. Janda VS Brondong (genre comedy)
4. Color of Hearts (genre teenlit)
5. Dimensia Equator Saga (genre fantasy)
6. Impian Liar Perempuan (female group IICS)
7. Super Cendol (novel duet comedy Ceko Spy & Donatus A. Nugroho)
8. Choki (solo novel by Ceko Spy)
9. Bule Rawa-Rawa (solo novel by Lonyenk Rap)
10. Kiss Me and Let Me Die (solo novel by Alexandra Karina)
11. Rendezvouz Koyomizu (novel Mayok0 Aik0)

Cerita Antara Ayah dan Sepeda


Cerita Antara Ayah dan Sepeda
Oleh : Sekar Illalang

            Ayah adalah lelaki yang mulia. Walaupun pamornya selalu nomor dua setelah ibu, ayah tetap mencoba untuk menjadi yang terbaik. Terlalu banyaknya jasa seorag ayah untukku hingga membuatku tak sanggup menguraikannya satu per satu. Ketika kata ayah terdengar di telingaku yang ku ingat hanyalah pria berperawakan tinggi besar, berkulit hitam, dan bersuara lantang. Beliau selalu mengenakan kaos dan celana levis kebanggaannya.
            Hari itu, aku melihat Ayah turun dari bis sambil menenteng sepeda roda empat. Sepeda anak perempuan lengkap dengan keranjang dan lampu hias. Aku tahu pasti sepeda itu untukku. Aku berlari menghampirinya dan beliau memelukku erat. Setelah itu, beliau mengecup keningku dan mengelus rambutku.
            “Ayah, terima kasih! Aku suka sepeda baruku!”
            Ayah tersenyum manis. Beliau membantuku menaiki sepeda itu.
            “Ingat Sekar, kamu harus cepat belajar naik sepeda! Suatu hari sepeda ini akan menggantikan keberadaan Ayah.”
            Aku yang saat itu berusia 4 tahun hanya bisa mengangguk. Segera saja, aku mengayuh sepeda baruku dengan gembira. Sementara Ayah tetap mengawasiku dari kejauhan. Beliau sepertinya tak ingin meninggalkanku sendirian.
            Keesokan harinya, Ayah membangunkanku sangat pagi. Beliau langsung mencuci wajahku dengan air hangat. Kemudian perlahan membimbingku menuju halaman rumah.
            “Sekar, ayo kita latihan naik sepeda!” perintah Ayah dengan tegas.
            Aku pun menuruti perintah itu, dengan hati-hati aku menaiki sepedaku. Akan tetapi beberapa detik kemudian, aku merasa sepedaku miring. Brukkk… Aku pun terhuyung jatuh.
            “Kenapa rodanya tinggal tiga? Kemarin rodanya ada empat, Ayah?” protesku pada Ayah setelah melihat roda sepedaku hilang satu.
            “Ayah sengaja melepasnya supaya kamu cepat bisa,” ungkap Ayah.
            “Aku nggak bakalan bisa naik sepeda kalau rodanya cuma tiga!” protesku lagi.
            “Coba dulu! Nanti juga bisa..”
            “Pokoknya aku nggak mau! Kalau rodanya cuma tiga aku pasti jatuh terus, aku nggak mau sakit!” bentakku pada Ayah.
            “ Kalau takut sakit, kapan kamu bisa naik sepeda roda dua? Cepat naik! Coba dulu!” balas bentak Ayah padaku.
            Saat itulah pertama kalinya aku menemukan sosok lain Ayahku. Beliau tak selembut biasanya dan sangat kasar. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan hingga membuatku ketakutan. Tanpa terasa air mataku menetes begitu saja.
            “Jangan menangis, Sekar! Cepat coba naik! Jangan cengeng!” bentak Ayah lagi.
            Aku segera menaiki sepedaku. Perlahan aku mengayuhnya dan Ayah memegangi bagian belakang sepedaku supaya tidak jatuh. Semenit, dua menit, dan akhirnya aku mulai lancar mengendalikan sepedaku. Aku mempercepat laju sepedaku dan menelilingi halaman rumahku yang cukup luas.
            Ketika aku asyik bersepeda roda tida, tiba-tiba Ayah melepaskan pegangannya. Padahal saat itu sepedaku sedang melaju cukup cepat. Alhasil aku kehilangan keseimbanganku dan terjatuh. Sedangkan Ayah yang berdiri tak jauh dariku hanya menatapku.
            “Cepat bangun! Jangan cengeng!” bentak Ayah lagi.
            Mendengar bentakan itu, aku emosi. Rasa kesal dan marahku telah memuncak. Kesal karena Ayah tidak memahamiku. Marah karena Ayah berubah menjadi sangat kejam padaku. Aku langsung berdiri lalu mencoba menaiki sepeda itu lagi walaupun aku harus menyimpan rasa sakitku. Aku benar-benar terbakar. Semangatku begitu membara untuk membuktikan kepada Ayah bahwa aku bisa. Akhinya setengah jam kemudian aku sudah lancar menaiki sepeda roda tiga.
            “Sekarang, kita coba roda dua!” kata Ayah saat melihat kemajuanku.
            Aku pun menghentikan sepedaku. Ayah segera mencopot roda kecil yang masih tertinggal dan menyisakan dua roda besar. Semangatku tetap membara sehingga aku merasa wajib menjawab tantangan yang diajukan oleh Ayah. Ya, aku bisa melakukannya.
            Setelah Ayah selesai mencopot roda kecil terakhirku, beliau membantuku untuk menaiki sepeda tersebut. Akan tetapi beliau hanya sesaat membantuku setelah itu beliau membiarkanku bersepeda sendiri. Masalah pun bertubi-tubi menimpaku. Ternyata kakiku belum sampai ke tanah dan itu sangat merepotkan. Aku terjatuh dan terjatuh lagi.
            Ayah tetap pada pendiriannya. Beliau hanya membantuku naik sepeda sekali saja selanjutnya beliau cukup mengawasi dari kejauhan. Huh.. aku semakin marah melihat tingkah beliau! Aku sekarang sudah sakit luar dalam. Badanku remuk karena berulang kali jatuh. Tak terhitung luka memar di dengkulku bahkan sebagian luka itu telah bercampur dengan tanah. Darah berceceran di sekujur kakiku, rasanya perih minta ampun. Sedangkan hatiku juga tak kalah remuk. Aku benar-benar tak mengerti kenapa Ayah memperlakukanku sekejam ini. Seharusnya beliau mengerti, aku adalah anak perempuan berumur empat tahun.
            “Cepat Sekar! Percepat lajumu sampai kapan kau jatuh terus!” teriak Ayah lagi.
            Aku semakin geram mendengar teriakan Ayah. Aku muak! Untung saja aku bukan anak yang suka mengumpat atau berkata kasar. Semua yang terasa menyakitakan dalam hatiku selalu aku ungkapkan dengan pembuktian. Aku berlatih semakin serius, harus ku buktikan bahwa aku bukan anak cengeng seperti yang ayah bilang. Aku juga anak yang kuat dan tidak bergantung pada orang ‘sekejam’ beliau.
            “Bagus! Bagus Sekar! Lebih cepat lagi! Jaga keseimbanganmu!” teriak Ayah untuk kesekian kalinya.
            Aku tersenyum sinis pertanda puas. Setelah itu, aku memacu sepedaku lebih cepat. Lebih cepat dari yang tadi meski tenagaku hampir habis. Mungkin hampir tiga jam aku berlatih tanpa makan sebelumnya, wajar saja bila tenagaku habis.
            “Hebat! Cukup Sekar, kamu sudah bisa naik sepeda!” kata Ayah sambil menghentikan laju sepedaku.
            Kemudian beliau menggendongku dengan lebut seperti biasanya. Beliau membawaku ke teras depan dan menidurkanku di lincak* . Ternyata sudah ada kotak P3K dan air hangat di sampingku. Tentu saja Ayah langsung membersihkan lukaku.
            “Kamu baik-baik saja kan?” tanya Ayah padaku sambil mengusapkan handuk kecil ke lukaku.
            “Tidak! Ini buruk!” jawabku ketus.
            “Bisa naik sepeda roda dua itu bagus. Pasti kamu bahagia?” tanya Ayah lagi. Kali ini Ayah dengan sangat hati-hati meneteskan obat merah pada lukaku.
            “Aauww…sakit!” keluhku.
            “Sekar, kamu harus bahagia karena bisa naik sepeda. Suatu saat sepeda ini akan sangat kamu perlukan dalam hidupku. Sepeda akan menjadi penolong dalam hidupmu. Sedangkan kemampuanmu bersepeda akan menjadikanmu lebih mandiri. Ingat Ayah tak selamanya ada di sampingmu untuk mengantarkanmu ke semua tempat.”
            Aku menatap Ayah dalam-dalam karena tidak paham apa yang dibicarakanya. Rupanya dia terlalu sibuk memotong kasa untuk menutup lukaku.
            “Oh ya Sekar, apa kau tahu hidup?” tanya Ayah lagi. Aku menggeleng.
            “Ayah hari ini mengajarimu naik sepeda seperti hidup mengajari Ayah. Hidup itu kejam sayang, jika kita tidak mempunyai kemampuan. Padahal kejam itu sangat mengerikan sekaligus menyakitkan. Akan tetapi hidup itu akan baik dan menyenangkan, jika kamu punya kemampuan. Itulah hidup!” ujar Ayah sambil merapikan kotak P3K-nya. Lukaku sudah terbungkus rapi.
            “Naik sepeda itu hidup?” tanyaku pada Ayah sekali lagi.
            “Bukan, naik sepeda bukan hidup. Naik sepeda ya seperti tadi capek, melelahkan, dan menyakitkan kalau jatuh. Akan tetapi akan sangat menyenangkan kalau kamu bisa naik sepeda. Hidup juga sama seperti itu! Kamu akan mendapat banyak tantangan yang menyakitkan, tapi jika kamu sukses melewatinya akan banyak pujian untukmu,” jelas Ayah sekali lagi.
            Aku mulai mengerti apa yang dijelaskan Ayah dan menyimpannya dalam relung hatiku yang paling dalam. Aku tidak ingin melupakan kalimat-kalimat Ayah.
            Hingga hari ini aku berdiri sebagai gadis 17 tahun, aku selalu mengingat kata-kata Ayah. Ya, Ayah benar! Sepeda itu menggantikan Ayah. Ketika anak perempuan lain mampu mengandalkan Ayah mereka untuk mengantar dan menjemput mereka pulang dari sekolah yang jaraknya 8 km dari rumah maka aku tidak. Aku tidak perlu diantar maupun dijemput karena sedari awal masuk sekolah. Aku selalu naik sepedaku sendiri dengan bangga, karena tidak semua temanku bisa naik sepeda. Panas terik dan hujan badai, aku melaluinya sendiri sebab Ayah selalu hadir menguatkanku dengan sepeda pemberiannya.
            Sekarang juga aku paham, bahwa Ayah mengajariku sepeda begitu keras bukan karena dia membenciku tetapi beliau sangat menyayangiku. Terbukti sejak kejadian iu, aku tak pernah menangis lagi hanya karena kesakitan. Aku mengerti apa yang dimaksud ayah dengan hidup yang keras. Hidup yang penuh tantangan dan hanya dengan keahlian kita mampu melewatinya. Kita harus berjuang dan benar-benar berjuang menahan perih jika ingin sukses meraih impian.
            Ayah, terima kasih untuk sepeda yang kau berikan untukku. Terima kasih untuk ilmu yang kau ajarkan padaku. Semoga tulisan ini mampu membahagiakanmu. Aku terlalu mencintaimu, ayahku.(9/11/2011 10:54:42 pm/illg)
Behind The Scene :
Ini adalah true story! Aku menciptakannya dengan sekali Viola! Abrakedabra!! Sempet nangis darah waktu nulisnya secara Ayah sekarang pisah rumah dari aku. Kangen banget sama Ayah!!! Tapi tetep aja, cerpen ini nggak lolos antologi AYAH AYAH J Sekali lagi aku bilang, aku bakalan nulis terus!! Nggak berhenti walau ditolak berkali-kali!    

Cinta dari Benci


Cinta dari Benci
Oleh : Sekar Illalang
            Aku tak pernah  sepenuhnya setuju dengan ide Mama pindah ke Wonogiri. Kota terpencil di selatan Solo ini. Memang kota ini asri, sejuk, dan damai. Wonogiri juga  jauh dari kemacetan dan dekat dengan deretan pegunungan yang indah. Namun coba bayangkan hampir tiga bulan aku berada disini aku hanya punya tiga teman saja. Lebih parahnya hari ini saat kegiatan hiking mereka bertiga pergi dan membiarkanku sendirian ikut kegiatan ini. Aku sebenarnya paham  tentang kepergian mereka. Titi pergi untuk mengikuti olimpiade Biologi tingkat Jawa tengah, Zahra pergi untuk mengikuti kompetisi basket, dan Anggi pergi untuk menjenguk kakeknya yang sakit ke Jogja. Lebih parahnya lagi aku tak pernah paham kenapa aku harus sendirian dalam kegiatan ini.
            Pak Bambang masih terus berbicara keras di podium menjelaskan rute perjalanan hiking hari ini. Dia adalah guru olahraga kelas XI SMA N 1 Wonogiri dan itu berarti dia adalah guru olahragaku. Jujur saja selain tidak suka ide Mama pindah ke Wonogiri, aku juga tidak suka pelajaran olahraga. Menurutku pelajaran olahraga hanya membuatku hitam, berkeringat, dan bau.
            “Hei..Hayumi cepat jalan !” tegur Teja menyadarkanku.
            “Iya iya, dasar ketua kelas katrok !” sahutku sambil berlari mengejar barisan kelasku.  
            “Makanya jangan melamun nanti kalau tersesat gimana? Kamu belum tahu rutenya!” ujar Teja.
            Aku hanya diam. Aku tak ingin menanggapi ucapan ketua kelasku yang ini karena hanya akan membuatnya besar kepala.
            Aku tetap berjalan. Teman–teman sekelasku berjalan sambil ngobrol dan bercanda tak jelas. Bagiku obrolan mereka sangat kuno dan canda mereka juga sangat garing. Jauh bila dibandingkan dengan temanku di Jakarta. Harus ku tegaskan mereka sangat tidak gaul!
            Langkahku masih tetap menapaki tepi jalanan Wonogiri. Aku berada di baris paling  belakang kelas XI. Dalam pikiranku hanya ada keinginan untuk berjalan agar tidak tersesat. Tidak ada semangat sedikitpun. Satu-satunya yang menarik bagiku saat perjalanan ini hanyalah jejeran rumah berarsitektur jawa modern dan kebun rumah yang hijau. Hampir setiap rumah asri dan sejuk, apabila ada yang panas pasti itu rumah toko. Ahh.. tapi tetap saja kota ini neraka bagiku.
‡‡
            Drtt…drtt…drtt…
            Blackberry bergetar, ternyata Keiko sahabat dekatku di Jakarta mengirim sebuah pesan. Langsung saja aku membukanya. Keiko bercerita tentang pertemuannya dengan Raditya Dika si penulis terkenal itu saat di toko buku. Lebih tepatnya dia berfoto bersama penulis keren bin ganteng itu. Aku pun dengan semangat menanggapi ceritanya. Kami pun saling berbalas pesan ria.
            Tanpa terasa aku sudah lama berhenti di pinggir jalan. Aku baru sadar bahwa jejak teman-temanku sudah menghilang. Jujur rasa panik mulai mengusaiku tapi apa yang bisa ku lakukan. Akhirnya ku putuskan untuk mencoba mengejar mereka. Ada dua petunjuk jalan yang membantuku mungkin Pak Bambang yang membuatnya.
            Jalanan aspal sudah berakhir sekarang, di depanku hanya ada dua arah jalan setapak. Petunjuk jalan pun tidak lagi aku temui. Aku mulai gusar namun masih berusaha meminta bantuan. Aku mencoba mencari solusi lewat Google maps atau menelpon teman, tetapi tak ada sinyal di sini. Habislah riwayatku!
            Aku benar-benar ketakutan sekarang. Tempatku berdiri sekarang sudah jauh dari perkampungan. Lokasinya pun sudah di lereng gunung. Sunyi dan senyap. Tak ada penampakan manusia di sini. Arghh…! Aku hanya bisa mengacak-acak rambutku. Aku teringat teman-teman sekelasku yang tidak gaul itu. Andai saja aku mengikuti mereka tadi pasti kejadiannya tidak seperti ini. Aku baru sadar bahwa mereka sangat berarti untukku di saat seperti ini. Tertunduk dan menangis, hanya itu yang ku lakukan sekarang.
            Semakin lama suasana mencekam semakin menyelimuti hatiku. Belum pernah aku tersesat seperti ini sebelumnya. Ini adalah situasi paling menyedihkan dalam hidupku sekaligus paling mengerikan. Mungkin setelah ini aku akan benar-benar protes pada mama untuk kembali ke Jakarta. Aku kembali menangis, air mataku jatuh bagaikan hujan yang sangat lebat.
            “Hayumi !” panggil seseorang dibelakangku.
            Aku mengangkat wajahku ketika mendengar suara orang memanggilku. Ternyata Teja si Ketua kelas itu yang memangilku. Tapi mungkinkah dia? Bukankah aku tadi sudah kasar terhadapnya? Aku kembali menatapnya dengan cermat karena mungkin saja dia orag jahat.
            “Hayumi… Hayumi… Ngapain kamu masih di sini?” tanyanya sembari berjalan ke arahku. Kalau dia bukan Teja pasti tidak tahu namaku. Baru saja dia menyebut namaku dua kali berarti dia Teja.
            “Aku tersesat karena  kalian jahat meninggalkanku sendirian!” rutukku pada Teja.
            “Bukannya tadi sudah ku ingatkan untuk berjalan agak cepat dan jangan melamun, apa kamu tidak dengar?” terang Teja.
            “Tadi aku berhenti sebentar untuk membalas pesan tauk !” bentakku.
            Herannya Teja tidak marah tapi malah tersenyum. Dia menggenggam tanganku untuk bangkit.
            “Ayo.. Teman-teman sudah menunggu kita di puncak sana!” kata Teja.
            Aku hanya terdiam melihatnya. Aku seperti tersihir melihat sikapnya. Teja begitu baik padaku. Kami pun bergandengan tangan berjalan menuju puncak gunung. Sangat bahagia rasanya.
‡‡
            “Huaaaahh, segarnya” pekikku ketika sampai di puncak gunung. Aku tak menyangka jika udara disini sesegar ini.
            “Ini namanya gunung Gandul, kamu harus tahu namanya karena sekarang kamu warga Wonogiri” terang Teja.
            “Ya.. Aku harus tahu lebih banyak soal Wonogiri. Lihat pemandangan indah banget dari sini !” ujarku kagum.
            “Emang indah banget, Wonogiri lebih eksotik dari sini. Aku senang mi..” kata Teja sambil menatapku.
            Aku terdiam. Jujur aku tak mampu berbuat apapun kecuali bernafas ketika Teja menatapku. Mata elangnya seakan menelanjangiku.
            “Aku senang karena kamu sudah mau tersenyum sekarang. Baru kali ini aku melihat kamu bahagia sejak kamu pindah ke Wonogiri” kata Teja melengkapi kalimatnya yang tadi.
            Aku sedang berfikir kalimat apa yang pantas untuk menanggapi Teja. Namun tiba-tiba teman sekelasku mendekati kami, maksudku aku dan Teja. Para cewek mengelilingiku dan bergantian memelukku. Rasanya aneh, mungkin mereka mengira aku baru saja lolos dari cengkraman gozila. Jadi mereka memberikan ucapan selamat dengan cucuran air mata.
            Sementara itu yang cowok tidak kalah hebohnya. Mereka meyalami Teja, seakan Teja adalah Hercules yang telah menyelamatkan putri kerajaan. Jangan tanya siapa putri kerajaannya karena sudah jelas, aku. Namun Teja beda denganku. Dia juga sangat mirip dengan Hercules. Ketika para cowok itu menyalaminya, dia sangat semangat menjabat setiap tangan sambil menyunggingkan senyum. Ya.. itu senyum Hercules, setidaknya untukku!
            Hanya sebentar aku memandangi Teja, selebihnya aku sibuk dengan para cewek teman sekelasku yang baru beberapa menit yang lalu aku kenal. Mereka menawariku berbagai jajanan pasar khas Wonogiri. Ada gatot, gethuk, gendar, dan lain-lain. Entahlah aku tak mampu menghafal dalam sekejap tapi aku mampu melahap jajanan itu sekejap. Rasanya sangat enak, menurutku lebih enak dari hamburger dan lebih berkelas dari pada pasta. Lalu minumnya aku semula kehabisan air mineral, ditawari cendol khas Wonogiri. Ini pertama kalinya aku minum cendol dengan model seperti ini. Cendol warna-warni yang mendinginkan perut dipadukan dengan sensasi gula jawa asli. Rasanya numero uno !
            Selain menghibur perut, teman-temanku juga menghibur hatiku. Bayangkan yang semula aku berfikiran sangat negative pada mereka menjadi berubah 180 derajat. Ternyata mereka sangat menyenangkan bila diajak bercanda sehingga dalam waktu sekejap aku mampu membaur bersama mereka. Mereka menjelaskan padaku tentang betapa indahnya Wonogiri dan betapa menyenangkannya hidup di Wonogiri. Mereka juga menunjukkan  betapa beruntungnya aku berteman dengan mereka karena mereka sangat baik kepadaku. Padahal aku sangat acuh dan meremehkan mereka.Akan tetapi mereka tidak membalasku dan mereka malah menyayangiku seperti teman lama mereka. Aku jadi malu telah berprasangka buruk pada mereka.
‡‡
            Puas menikmati keindahan Wonogiri dari puncak Gunung Gandul. Aku dan teman-teman pun segera turun sebab masih ada kewajiban lain, yaitu kembali ke SMA Negeri 1 Wonogiri.
            Aku tak lagi berjalan di barisan paling akhir kini aku berjalan di tengah-tengah mereka. Itu tertawa bila ada hal lucu, terkejut bila ada monyet nakal, dan bersedih bila ada teman yang jatuh karena tersandung batu. Intinya aku telah sanggup menyatu bersama mereka.
            “Hayumi…”panggil seseorang di belakangku. Aku segera menoleh cepat kearah suara panggilan itu.
            “Hayumi…” ternyata Teja yang memanggilku.
            “Hai.. ada apa?” tanyaku sambil mendekatinya.
            “Ini untukmu!” katanya sambil menyerahkan sesuatu untukku.
            “Apa ini? Semacam bunga?” sengaja aku mengamati bentuk benda yang ada di genggamanku sekarang.
            “Ini bunga pinus. Teman-teman sengaja merangkainya dalam wadah rotan ini untukmu. Mereka sangat bahagia dapat berteman denganmu” terangnya padaku.
            Aku memandangi mata Teja untuk memastikan apa yang dibicarakannya. Ternyata di matanya hanya terpancar aura ketulusan, berarti ini semua benar. Dia tak sedang omong kosong. Dan dia juga memandangiku. Kami bertatapan sejenak.
            “Oh..ini sangatlah indah Teja, aku merasa sangat tersanjung menerimanya” kataku bersamaan dengan menyudahi adegan romantis kami.
            “Benarkah? Pasti mereka juga sangat bahagia jika kau mau menerimanya!” ujarnya sambil tersenyum.
            “Iya ini sangat indah dan aku sangat berterima kasih pada mereka juga padamu”
            Saat aku mengucapkan kalimat terakhir bertepatan denga itu, mataku dan mata Teja kembali bertemu. Ahh… hatiku mulai berdebar sekarang. Ada sensasi tak biasa yang terjadi dalam hatiku. Sejenak. Lalu Teja tertuduk, mukanya merah mungkinkah dia merasakan hal yang sama.
            “Oh ya mengapa mereka memberiku bunga indah ini? Kenapa tidak yang lain, padahal tadi aku lihat banyak tanaman lain yang lucu di hutan?” tanyaku pada Teja untuk mencairkan ketegangan kami.
            “O… Itu karena bunga pinus ini hanya mekar dan tidak akan layu selamanya. Anggap saja mirip edelwise. Dengan begitu kami berharap kamu mau bersahabat dengan kami selamanya”
            Entahlah aku merasa semakin bahagia saat Teja selesai melengakapi kata terakhir dan menyatukanya me njadi kalimat. Mendadak dia lebih keren dari Raditya Dika. Sangat simple dan sangat filosofis.
            Untuk kesekian kalinya aku ingin bilang pada semua orang bahwa aku tidak pernah menyangka apabila Wonogiri kota yang menyenangkan dan teman sekelasku juga sangat mengembirakan. Semuanya diluar dugaanku. Bahkan aku tak pernah bermimpi bertemu seorang yang mirip Raditya Dika meski hanya sedikit kemiripannya di tempat ini. Andai saja aku lebih cepat membuka mata dan hatiku pasti semua kebahagiaan ini terjadi juga semakin cepat. (6/20/2011 12:41:21 AM)
Behind the scene :
Cerpen ini adalah cerpen latihan. Ya, aku mencoba membuatnya dari pengalamanku di sekolah dengan sedikit imajinasi. Latar dan setingnya asli di sekolahku. Cerpen ini pernah bertarung untuk Audisi Kumpulan Cerpen Colors of Hearts yang diadakan Grup paling kece di Fb yaitu Diskusi Fiksi.Menulis Fiksi.Membaca Fiksi (Universal Nikko+mayokO aikO) tapi gagal. Yah, kali ini aku nggak begitu sedih ngedengernya karena cerpenku yang satu lagi berhasil masuk di Antologi Colors of Hearts, Universal Nikko. Buku antologi pertamaku sudah di launching tanggal 27 November 2011 , buat yang penasaran capcus aja ke toko buku terdekat! Buat yang nggak beli kalian NYESEL!

Untuk Martha

Untuk Martha
Oleh : Sekar Illalang

          Aku merasakan erat pelukannya dipinggangku dan sandaran tubuhnya di bahuku. Mungkin dia terlalu lelah, setelah hampir 90 menit berteriak menyemangatiku. Dia adalah Martha, cewek yang sedang ku bonceng. Sudah hampir setahun aku mengenalnya dan hampir sembilan bulan dia menjadi cewekku. Martha yang anggun, cerdas, dan supel.
          Pertemuan pertamaku dengan Marta terjadi di toko buku dekat sekolah tanpa sengaja. Saat itu aku adalah murid baru pindahan dari Solo dan sama sekali tak tahu tentang lingkungan sekolah termasuk toko buku itu. Masih jelas terekam dalam memoriku, Martha sedang asyik membaca novel terjemahan yang tebal tanpa sengaja aku jatuh karena tersandung tasnya. Namun meski cappuccinoku telah mengotori bajunya, Martha tak marah atau cemberut padaku. Malahan mengumbar senyum manisnya di depanku. Itulah saat pertama aku merasa Martha sangat berbeda.
          Semakin hari aku mengenal Martha, semakin besar pula keinginanku selalu bersamanya. Martha memang cewek manis, modis, dan feminim menurutku. Akan tetapi kegemaran Martha terhadap sepak bola membuatnya semakin spesial dihatiku. Pernah suatu saat aku bertanya alasannya menyukai olahraga bola besar itu, jawabannya sangat mempesona. Katanya sepak bola adalah gambaran kecil dari kehidupan, dimana kita sebagai manusia tidak pernah sepenuhnya benar memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Bahkan mungkin saja Tuhan sebagai wasit kita akan menjatuhkan kartu merah di waktu yang tidak kita tahu. Tapi Martha selalu bilang, sepak bola itu bukan mainan tetapi olahraga dan setelah kita mengerjakannya kita menjadi pribadi yang lebih sehat lebih baik.
          Martha sukses membuat hidupku semakin berwarna dengan semua kata-katanya. Setelah 3 bulan tak kuasa aku memendam rasa, akhirnya saat ulang tahun Martha ke-16 aku menyatakan isi hatiku. Ternyata niat baikku disambut Martha dengan senyum manis sama ketika aku bertemu dengannya pertama kali. Resmilah aku menjadi pacar Martha sekaligus cowok terberuntung sedunia.
♥♥♥♥

          Hari ini aku dan Martha punya agenda yang sangat padat, biasalah weekend. Rencananya aku menjemput Martha di butik Mamanya sekitar jam sepuluh karena setiap hari libur Martha tak pernah absen membantu Mamanya. Selanjutnya kami akan luch di restoran china kesukaanku dan Martha tentunya. Kemudian kami akan pergi nonton film dan mencari sepatu sepak bola untukku di salah satu mall.
          Aku sudah membayangkan betapa bahagianya Martha nanti, sebab inilah dating pertama kali sejak aku menjalani turnamen sepak bola. Meskipun Martha selalu ikut menemaniku saat pertandingan tapi rasanya sangat hambar pacaran tanpa ngedate.
          Aku masih sibuk bermain dengan rubikku, ketika Martha menelponku. Dia memberitahu kalau dia akan berangkat ke butik bersama mamanya.
          “ Don’t forget cinta, aku butuh kamu nanti seperti bola butuh pemain. Daahh..!”
          Klik telepon ditutup. Kalimat terakhir Martha menutup pembicaraan kami, ada saja perumpamaan yang dia buat. Aku langsung beranjak dari sofa menuju kamar mandi. Aku akan segera bersiap untukmu Martha.
          …
          Prakk !!!
          Aku terkejut setengah mati melihat cermin kamar mandi tiba-tiba pecah. Tanpa ada yang menyentuh dan tanpa ada tanda sebelumnya. Lalu celakanya serpihannya melukai kaki kananku, perih sekali rasanya. Sambil tertatih aku keluar kamar mandi dan langsung mencari obat merah. Aneh benar cermin itu, tak ada angin dan hujan bisa pecah sendiri. Pikirku pun kalut seketika perasaanku tak enak. Mungkinkah sesuatu yang buruk telah terjadi ?
          Blackberry-ku bergetar, ada telfon rupanya. Aku langsung meraihnya.
          “Hallo..Ya, saya sendiri..Apa?…Martha kecelakan?...Dimana?...Bagaimana keadaannya?..Saya kesana sekarang !”
          Tubuhku terasa lemas mendadak setelah menutup telfon. Akan tetapi kakiku bersikeras untuk berlari mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi. Dalam otakku hanya ada Martha dan itu membuatku memacu mobilku layaknya mengejar matahari, sungguh untukmu Martha !
♥♥♥♥

          Aku hanya bisa meneteskan air mata ketika melihat Martha di bawa ke ruang IGD. Hatiku perih seakan teriris mungkin rasa takut kehilangan itu yang mengiris. Semua orang di sekitarku mulai membesarkan hatiku. Mereka agaknya tahu aku tak siap jika harus kehilangan Martha sekarang. Aku sendiri terpaku menatap jam dinding sambil berdoa utuk Martha.
          Kemudian aku mulai mereview semua tentang Martha. Dari awal kami berjumpa hingga kalimat terakhir Martha saat meneleponku. Teringat pula dibenakku cermin kamar mandi yang pecah mendadak. Saat itulah aku tersadar bahwa Tuhan  memberikan signal kejadian buruk akan menimpa Martha. Don’t forget, Martha hanya mengatakan kata itu jika dia merasa terancam atau panik. Kata ‘butuh kamu’pun hanya dipakai saat Martha tidak tenang karena biasanya dia berkata ‘aku perlu kamu’. Dan pada akhir kalimat Martha mempertegasnya dengan perumpamaan, itu menunjukkan bahwa dia sangat tidak tenang.
          Oh..Tuhan, aku benar –benar bodoh mengapa aku tak sadar signal darurat Martha. Padahal begitu jelas Martha mengungkapkan ketidaknyamanannya, sementara aku sama sekali tak membalasnya. Bahkan aku tidak menjawabnya sama sekali.
          Tiba waktu yang aku tunggu ketika seorang Dokter keluar dari ruangan. Aku segera berdiri menghampiri sang Dokter tetapi wajahnya terlalu kecut untuk mengatakan Martha baik – baik saja. Perasaanku semakin tidak enak. Benar saja Dokter itu berkata jika Martha telah tiada. Dia tak mampu berbuat banyak untuk menolong Martha sebab luka di kepala Martha cukup parah. Aku semakin tak kuasa menahan perasaan sedih sekaligus bersalahku. Menunduk dan menangis itulah yang mampu aku lakukan. Lalu Dokter itu menyerahkan secarik kertas kepadaku. Aku menerimanya dan dia pun berlalu dengan membisu.
♥♥♥♥


          Lima hari kemudian…
          Martha, kamu jahat ! Seharusnya hari ini kamu menemaniku mengikuti seleksi tapi kamu malah memilih pergi jauh. Padahal dulu kamu yang mendukungku untuk bisa ikut seleksi tim nasional agar aku bisa seterkenal Irfan Bachdim. Lalu sekarang ketika aku ingin menjadikanmu seterkenal Jenifer Kurniawan,sekali lagi kamu malah pergi. Akan tetapi tunggu saja Martha, karena kamu pergi maka aku akan membuatmu lebih terkenal dari Jenifer Kurniawan. Aku akan menjadi yang lebih dan lebih untukmu, Martha.
          Lima bulan kemudian…
          Martha sayang, hari ini aku datang mengunjungimu dengan membawa kaos kebanggaanku dan pasti juga kebanggaanmu. Ya benar, kaos timnas! Hari ini aku sudah pulang dari perjalanan panjangku di Sea Games. Akhirnya Martha, aku bisa mengharumkan nama bangsa kita di perhelatan itu. Aku sangat bangga Martha dengan prestasiku. Apakah kau juga bangga Martha ? Hey.. Martha mengapa aku diam ! Berarti ini belum cukup untukmu Martha, baik aku akan berbuat lebih. Aku akan tunjukkan padamu bahwa aku mampu melakukan yang terbaik untukmu, Martha.
          Lima tahun kemudian…
          Selamat pagi Martha ! Apa kabarmu ? Lama aku tak mengunjungimu dan tempat peristirahatanmu tetap seperti dulu saat terakhir aku berkunjung. Sekarang aku membawakanmu sesuatu yang selalu kau impikan. Lihatlah aku menggenggam sebuah piala dunia dan ini untukmu, Martha. Kamu hebat Martha mampu membuat aku menjadi tangguh dan mestinya rakyat Indonesia kagum padamu bukan padaku. Aku telah mewujudkan semuanya Martha dan sekarang aku hanya ingin membagi kebahagiaan ini bersamamu. Kebahagiaanku ini untukmu, Martha.
♥♥♥♥
          Selamat siang pemirsa, sekarang saatnya kami memperbaharui berita anda. Saya Tina Talisa, breaking news selengkapnya.
          Pemain sepak bola terbaik Indonesia, Tomi Saputra ditemukan tak bernyawa diatas makam seorang wanita bernama Martha. Tidak ditemukan luka maupun bekas penganiayaan ditubuh Tomi. Hanya piala World Cup dan secarik surat yang ditemukan didekat jenazah. Surat tersebut berisikaan satu kalimat saja. Untuk Tomi : Raih mimpi bola butuh pemain. Dugaan kuat bahwa Tomi meninggal karena dehidrasi karena ada seorang saksi yang melihat Tomi tidak berdiri dari makam itu selama hampir lima hari. Menurut sumber yang kami terima, Martha adalah pacar Tomi ketika masih SMA dan telah meninggal lima tahun lalu. Martha merupakan orang yang sangat berharap Tomi mampu menjadi pemain sepak bola dan meraih piala dunia untuk Indonesia. Mungkinkah selama ini Tomi termotivasi oleh almarhumah Martha? Atau mungkin ini hanya motif kejahatan belaka? Semuanya masih dalam penyelidikan yang berwajib.
          Baik perimirsa, demikian berita yang dapat kami sampaikan. Sampai jumpa.
2/23/2011 11:15:04 PM
Behind the sciene:
Cerpen SENGAJA BANGET aku tulis buat ikut Audisi Cerpen di Majalah Aneka Yess! Aku buatnya sih sekitar bulanFebruari 2011. Waktu itu aku masih unyu banget soalnya aku kenalan sama cerpen baru sekitar 6 bulanan. Aku nekat bukin ini cerpen soalnya cerpen di Aneka Yess! Itu keren banget >,< Aku pengen banget cerpenku dimuat di sana. Yah, tapi karena seleksinya ketat bulan November 2011, aku harus kembali menangis karena cerpenku gagal masuk 10 besar. Tapi tenang kok, aku bakalan tetep setia baca cerpen di Aneka Yess! Dan nulis cerpen! Aku setuju sama Fira Basuki, writing is my passion!







         
         

           

Bersama Hujan

Bersama Hujan
Oleh : Sekar Illalang

Cintaku padamu datang bersama hujan dan kembali bersama hujan.
            Masih terekam jelas dalam memori ketika aku berjalan sediri lalu berhenti disini untuk menunggu bis yang akan membawaku pulang. Bukan bermain, bercanda lagi. Hanya belajar selalu belajar demi nilai yang baik berderet di raport akhir tahunku.
            Lalu sekarang setelah semua nilai indah yang aku dapat, apa lagi yang akan aku kejar? Predikat master of science sudah aku genggam. Perusahaan nomor satu se-Indonesia juga sudah ditanganku. Semua yang aku mau ada di depan mataku. Tapi selalu saja aku tak pernah bahagia…
♥♥♥♥
            Sekolahku tercinta ini sudah berubah sunyi  senyap. Cuma aku dan beberapa siswa lain yang malas pulang tinggal di sini. Aku asyik membaca koran dan majalah lawas yang aku sebut reverensi untuk makalah akhir tahunku. Tidak pernah rasanya aku menghitung waktu yang aku butuhkan untuk belajar atau mengerjakan tugas. Bahkan aku tak sadar ketika hujan turun dengan sangat lebat.  Tidak wajar karena teman – temanku selalu protes ketika pelajaran ditambahkan waktu lima menit saja. Namun ketidakwajaran ini merupakan kunci suksesku nomor satu.
            Mungkin sudah satu jam, mungkin juga dua jam, atau tiga jam malahan. Aku tetap membaca setiap artikel yang ada dalam koran lawas ini. Tanpa kusadari sosok itu mengawasiku. Mata tajamnya seperti hendak menerkamku dan aku benci itu.
            Awalnya aku berpura-pura tak masalah tentang keberadaannya. Tapi aku menyerah sebab aku semakin salah tingkah. Gerakanku seakan dinilai dan ditelaah sedetail mungkin. Ingin rasanya aku berteriak memprotes dia yang menatapku terus. Tapi lidahku kelu untuk mengucapnya.
            Aku bergegas pergi dari perpustakaan setengah berlari. Dia mengejarku tapi rasanya dia tidak berhasil. Aku bahagia bisa meninggalkannya bersama hujan.
♥♥♥♥

            Niatku untuk unjuk gigi kepada teman–temanku tentang keahlianku berbahasa inggris batal. Hanya gara–gara ide bodoh noraknya. Ahh..entah apa yang ada dibenaknya. Ku rasa tanpa berteriak “SEKAR, I LOVE YOU” seisi kelas sudah paham tentang perasaannya kepadaku.
            Serempak mereka mengejekku habis habisan tanpa mau mendengarkan apa yang ku rasakan. Terlalu egois memang mereka. Namun aku juga tidak ingin terlalu cengeng menghadapi rintangan dalam hidupku. Aku menahan seluruh air mataku lalu kembali duduk dengan perlahan. Aku terkejut, aku malu ,dan aku marah.
            Tetapi saat pulang sekolah dia merubah rasaku padanya. Hujan turun begitu deras. Sialnya aku lupa membawa payung. Padahal besok bajuku harus ku pakai lagi karena aku hanya punya satu baju seragam. Aku yang bingung hanya bisa duduk memandang hujan. Lalu dia datang tanpa berkata sepatahpun. Dia meletakkan payung di depanku dan pergi. Aku terdiam melihatnya. Senyumku tak tertahan. Hujan , aku ingin membisikkan padamu bahwa aku menyukainya.
            ♥♥♥♥

Hari ini merupakan hari penting untukku. Sedari pagi aku telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Mulai dari baju, sepatu, tas, dan tatanan rambut. Aku harus tampil sempurna.
Jam menunjukan pukul 8.00 dan aku sudah sampai di aula barat sekolah. Aku duduk di deretan terdepan sambil membaca buku. Sesekali aku berdoa untuk kelancaranku hari ini. Ini adalah sesi presentasi dari lomba karya ilmiah yang aku ikuti. Di sini ramai karena banyak supporter.
Sekarang tibalah saatnya, namaku sudah dipanggil. Seluruh rasa percaya diriku ku luapkan. Aku membuat presentasiku semenarik mungkin. Selain menarik presentasiku juga tepat sasaran maksudku sasaranku jadi juara satu.  Dari atas panggung aku bisa melihat banyak orang. Namun hanya satu yang terang-terangan mendukungku. Ya..siapa lagi kalau bukan dia! Dia rela memakai kaos bertuliskan ‘SEMANGAT SEKAR’ . Jujur kali inii aku tak mampu menutupi rasa sukaku padanya. Alhasil tanpa terasa presentasiku selesai dengan sangat lancar sangat baik.
Kemudian aku turun dari panggung dengan senyuman sangat lebar. Dia pun menyambutku dengan penuh suka cita. Terbayang itu akan jadi moment spesial dalam hidupku. Namun semua berubah saat teh yang dia bawa tumpah di bajuku. Aku bagai orang terbodoh sedunia. Terlepas itu suatu unsur kesengajaan atau tidak., inilah mimpi burukku. Lalu setelahnya dewan juri mengumumkan aku masuk lima besar lomba tersebut. Aku harus mengikuti sesi wawancara setelah jam istirahat. Tetapi aku harus kalah dengan tidak terhormat sebelum bertanding hanya karena bajuku kotor. Sangat buruk bukan?
Aku menagis sejadi–jadinya. Dia hanya bingung menatapku.
Pulang adalah solusi terakhir yang ada untukku. Aku pulang saat hujan belum sepenuhnya reda. Dia berusaha mencegahku dan sengaja mengikutiku. Aku semakin marah. Aku sangat marah.
“Dasar rambut ikal! Dasar mata rabun ! Dasar tak tahu malu ! Mengapa tiada henti meneror hidupku ? Aku muak melihatmu ! Jangan pernah hadir dalam hidupku!!”
Aku berlari menembus hujan. Mengumpat semua kegagalan yang aku terima. Andai hujan dapat bicara.
♥♥♥♥
                                  Jakarta, 28 Desember 2000

Dear Sekar,
Mungkin saat kamu membaca surat ini, aku sudah jauh darimu. Ya..aku memang pergi jauh. Tersenyumlah Sekar, aku tak akan mengganggumu lagi. Aku berjanji akan memenuhi permintaanmu untuk tidak muncul lagi dalam hidupmu. Dan aku juga berusaha memegang janjiku hanya untukmu.
Aku masih ingat pertemuan pertama kita di perpustakaan. Aku memang lama memperhatikanmu. Sebenarnya aku ingin berkenalan denganmu saat itu. Namun aku takut dan malu biasalah syndrome murid baru. Sesungguhnya saat itu aku sangat ingin mengatakan padamu bahwa kau bisa meminjam makalahku untuk reverensimu. Lalu kau pergi ketakutan dan berlari menembus hujan. itulah pertama kali dalam hidupku seseorang mampu menggetarkan hatiku.
Sekar mungkin bila kau membaca surat ini aku tak mampu kau lihat lagi. Jadi hanya dalam surat ini aku mampu bicara denganmu untuk terakhir kalinya. Taukah kau saat yang tak pernah ku lupakan denganmu pasti bersama hujan. Bahkan saat kau lari karena beci padaku juga saat hujan. Hujan pun selalu mengingatkanku padamu dan sekarang saat ku tulis surat ini juga saat hujan.
Sekar, cintaku padamu datang bersama hujan dan kembali bersama hujan. Terima kasih untuk semua rasa yang kau buat. Aku tak akan melupakanmu seumur hidupku. Maafkan aku yang mencintaimu.
Cintaku padamu datang bersama hujan dan kembali bersama hujan.

                                                                        Penggemarmu

                                                                        Fajar

Sekarang sudah sepuluh tahun kau pergi,aku hanya bisa menagisi semua kesalahanku. Hujan yang jatuh rasanya memaki kesalahanku dan keegoisanku. Bahkan aku tak pernah mengijinkan hatiku untuk ikut bicara.
Hujan masih membisu. Tanganku memegang erat selembar surat lusuh. Hampir tiap hari aku membacanya.Berharap waktu dapat berputar kembali.
Aku tak pernah mendapatkan cinta lagi. Mungkin cinta untukku hanyalah kamu. Atau mungkin ini karma bagiku karena menyiakanmu. Sungguh aku hanya bisa menangis mengingatmu. Mengingat kalimat terakhir suratmu.
Cintaku padamu datang bersama hujan dan kembali bersama hujan.
2/12/2011 10:24:36 PM
Behind the science :
Cerpen ini sebenarnya nggak sengaja aku tulis. Versi aslinya sebenernya panjang banget, aku mulai nulis cerpen ini dari awal tahun 2011 dan selesai bulan November 2011. Cerpen ini juga udah ikut seleksi salah satu antologi tapi sayang nggak diterima. Aku sedih banget waktu cerpen ini ditolak soalnya aku udah nunggu pengumumannya dari jam 6 sore sampai jam 11 malem. Pokoknya cerpen ini sesuatuh banget! *menyibakan jilbab ala Syahroni. Karena tentang hujan, jadi aku nulisnya nunggu hujan turun. Aku suka banget hujan tapi sayang aku alergi dingin jadi nggak boleh huja-hujanan. Ini menyedihkan banget, nyesek!



           
 

an illalang's story Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting