Untuk Martha
Oleh : Sekar Illalang
Aku merasakan erat pelukannya dipinggangku dan sandaran tubuhnya di bahuku. Mungkin dia terlalu lelah, setelah hampir 90 menit berteriak menyemangatiku. Dia adalah Martha, cewek yang sedang ku bonceng. Sudah hampir setahun aku mengenalnya dan hampir sembilan bulan dia menjadi cewekku. Martha yang anggun, cerdas, dan supel.
Pertemuan pertamaku dengan Marta terjadi di toko buku dekat sekolah tanpa sengaja. Saat itu aku adalah murid baru pindahan dari Solo dan sama sekali tak tahu tentang lingkungan sekolah termasuk toko buku itu. Masih jelas terekam dalam memoriku, Martha sedang asyik membaca novel terjemahan yang tebal tanpa sengaja aku jatuh karena tersandung tasnya. Namun meski cappuccinoku telah mengotori bajunya, Martha tak marah atau cemberut padaku. Malahan mengumbar senyum manisnya di depanku. Itulah saat pertama aku merasa Martha sangat berbeda.
Semakin hari aku mengenal Martha, semakin besar pula keinginanku selalu bersamanya. Martha memang cewek manis, modis, dan feminim menurutku. Akan tetapi kegemaran Martha terhadap sepak bola membuatnya semakin spesial dihatiku. Pernah suatu saat aku bertanya alasannya menyukai olahraga bola besar itu, jawabannya sangat mempesona. Katanya sepak bola adalah gambaran kecil dari kehidupan, dimana kita sebagai manusia tidak pernah sepenuhnya benar memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Bahkan mungkin saja Tuhan sebagai wasit kita akan menjatuhkan kartu merah di waktu yang tidak kita tahu. Tapi Martha selalu bilang, sepak bola itu bukan mainan tetapi olahraga dan setelah kita mengerjakannya kita menjadi pribadi yang lebih sehat lebih baik.
Martha sukses membuat hidupku semakin berwarna dengan semua kata-katanya. Setelah 3 bulan tak kuasa aku memendam rasa, akhirnya saat ulang tahun Martha ke-16 aku menyatakan isi hatiku. Ternyata niat baikku disambut Martha dengan senyum manis sama ketika aku bertemu dengannya pertama kali. Resmilah aku menjadi pacar Martha sekaligus cowok terberuntung sedunia.
♥♥♥♥
Hari ini aku dan Martha punya agenda yang sangat padat, biasalah weekend. Rencananya aku menjemput Martha di butik Mamanya sekitar jam sepuluh karena setiap hari libur Martha tak pernah absen membantu Mamanya. Selanjutnya kami akan luch di restoran china kesukaanku dan Martha tentunya. Kemudian kami akan pergi nonton film dan mencari sepatu sepak bola untukku di salah satu mall.
Aku sudah membayangkan betapa bahagianya Martha nanti, sebab inilah dating pertama kali sejak aku menjalani turnamen sepak bola. Meskipun Martha selalu ikut menemaniku saat pertandingan tapi rasanya sangat hambar pacaran tanpa ngedate.
Aku masih sibuk bermain dengan rubikku, ketika Martha menelponku. Dia memberitahu kalau dia akan berangkat ke butik bersama mamanya.
“ Don’t forget cinta, aku butuh kamu nanti seperti bola butuh pemain. Daahh..!”
Klik telepon ditutup. Kalimat terakhir Martha menutup pembicaraan kami, ada saja perumpamaan yang dia buat. Aku langsung beranjak dari sofa menuju kamar mandi. Aku akan segera bersiap untukmu Martha.
…
Prakk !!!
Aku terkejut setengah mati melihat cermin kamar mandi tiba-tiba pecah. Tanpa ada yang menyentuh dan tanpa ada tanda sebelumnya. Lalu celakanya serpihannya melukai kaki kananku, perih sekali rasanya. Sambil tertatih aku keluar kamar mandi dan langsung mencari obat merah. Aneh benar cermin itu, tak ada angin dan hujan bisa pecah sendiri. Pikirku pun kalut seketika perasaanku tak enak. Mungkinkah sesuatu yang buruk telah terjadi ?
Blackberry-ku bergetar, ada telfon rupanya. Aku langsung meraihnya.
“Hallo..Ya, saya sendiri..Apa?…Martha kecelakan?...Dimana?...Bagaimana keadaannya?..Saya kesana sekarang !”
Tubuhku terasa lemas mendadak setelah menutup telfon. Akan tetapi kakiku bersikeras untuk berlari mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi. Dalam otakku hanya ada Martha dan itu membuatku memacu mobilku layaknya mengejar matahari, sungguh untukmu Martha !
♥♥♥♥
Aku hanya bisa meneteskan air mata ketika melihat Martha di bawa ke ruang IGD. Hatiku perih seakan teriris mungkin rasa takut kehilangan itu yang mengiris. Semua orang di sekitarku mulai membesarkan hatiku. Mereka agaknya tahu aku tak siap jika harus kehilangan Martha sekarang. Aku sendiri terpaku menatap jam dinding sambil berdoa utuk Martha.
Kemudian aku mulai mereview semua tentang Martha. Dari awal kami berjumpa hingga kalimat terakhir Martha saat meneleponku. Teringat pula dibenakku cermin kamar mandi yang pecah mendadak. Saat itulah aku tersadar bahwa Tuhan memberikan signal kejadian buruk akan menimpa Martha. Don’t forget, Martha hanya mengatakan kata itu jika dia merasa terancam atau panik. Kata ‘butuh kamu’pun hanya dipakai saat Martha tidak tenang karena biasanya dia berkata ‘aku perlu kamu’. Dan pada akhir kalimat Martha mempertegasnya dengan perumpamaan, itu menunjukkan bahwa dia sangat tidak tenang.
Oh..Tuhan, aku benar –benar bodoh mengapa aku tak sadar signal darurat Martha. Padahal begitu jelas Martha mengungkapkan ketidaknyamanannya, sementara aku sama sekali tak membalasnya. Bahkan aku tidak menjawabnya sama sekali.
Tiba waktu yang aku tunggu ketika seorang Dokter keluar dari ruangan. Aku segera berdiri menghampiri sang Dokter tetapi wajahnya terlalu kecut untuk mengatakan Martha baik – baik saja. Perasaanku semakin tidak enak. Benar saja Dokter itu berkata jika Martha telah tiada. Dia tak mampu berbuat banyak untuk menolong Martha sebab luka di kepala Martha cukup parah. Aku semakin tak kuasa menahan perasaan sedih sekaligus bersalahku. Menunduk dan menangis itulah yang mampu aku lakukan. Lalu Dokter itu menyerahkan secarik kertas kepadaku. Aku menerimanya dan dia pun berlalu dengan membisu.
♥♥♥♥
Lima hari kemudian…
Martha, kamu jahat ! Seharusnya hari ini kamu menemaniku mengikuti seleksi tapi kamu malah memilih pergi jauh. Padahal dulu kamu yang mendukungku untuk bisa ikut seleksi tim nasional agar aku bisa seterkenal Irfan Bachdim. Lalu sekarang ketika aku ingin menjadikanmu seterkenal Jenifer Kurniawan,sekali lagi kamu malah pergi. Akan tetapi tunggu saja Martha, karena kamu pergi maka aku akan membuatmu lebih terkenal dari Jenifer Kurniawan. Aku akan menjadi yang lebih dan lebih untukmu, Martha.
Lima bulan kemudian…
Martha sayang, hari ini aku datang mengunjungimu dengan membawa kaos kebanggaanku dan pasti juga kebanggaanmu. Ya benar, kaos timnas! Hari ini aku sudah pulang dari perjalanan panjangku di Sea Games. Akhirnya Martha, aku bisa mengharumkan nama bangsa kita di perhelatan itu. Aku sangat bangga Martha dengan prestasiku. Apakah kau juga bangga Martha ? Hey.. Martha mengapa aku diam ! Berarti ini belum cukup untukmu Martha, baik aku akan berbuat lebih. Aku akan tunjukkan padamu bahwa aku mampu melakukan yang terbaik untukmu, Martha.
Lima tahun kemudian…
Selamat pagi Martha ! Apa kabarmu ? Lama aku tak mengunjungimu dan tempat peristirahatanmu tetap seperti dulu saat terakhir aku berkunjung. Sekarang aku membawakanmu sesuatu yang selalu kau impikan. Lihatlah aku menggenggam sebuah piala dunia dan ini untukmu, Martha. Kamu hebat Martha mampu membuat aku menjadi tangguh dan mestinya rakyat Indonesia kagum padamu bukan padaku. Aku telah mewujudkan semuanya Martha dan sekarang aku hanya ingin membagi kebahagiaan ini bersamamu. Kebahagiaanku ini untukmu, Martha.
♥♥♥♥
Selamat siang pemirsa, sekarang saatnya kami memperbaharui berita anda. Saya Tina Talisa, breaking news selengkapnya.
Pemain sepak bola terbaik Indonesia, Tomi Saputra ditemukan tak bernyawa diatas makam seorang wanita bernama Martha. Tidak ditemukan luka maupun bekas penganiayaan ditubuh Tomi. Hanya piala World Cup dan secarik surat yang ditemukan didekat jenazah. Surat tersebut berisikaan satu kalimat saja. Untuk Tomi : Raih mimpi bola butuh pemain. Dugaan kuat bahwa Tomi meninggal karena dehidrasi karena ada seorang saksi yang melihat Tomi tidak berdiri dari makam itu selama hampir lima hari. Menurut sumber yang kami terima, Martha adalah pacar Tomi ketika masih SMA dan telah meninggal lima tahun lalu. Martha merupakan orang yang sangat berharap Tomi mampu menjadi pemain sepak bola dan meraih piala dunia untuk Indonesia. Mungkinkah selama ini Tomi termotivasi oleh almarhumah Martha? Atau mungkin ini hanya motif kejahatan belaka? Semuanya masih dalam penyelidikan yang berwajib.
Baik perimirsa, demikian berita yang dapat kami sampaikan. Sampai jumpa.
2/23/2011 11:15:04 PM
Behind the sciene:
Cerpen SENGAJA BANGET aku tulis buat ikut Audisi Cerpen di Majalah Aneka Yess! Aku buatnya sih sekitar bulanFebruari 2011. Waktu itu aku masih unyu banget soalnya aku kenalan sama cerpen baru sekitar 6 bulanan. Aku nekat bukin ini cerpen soalnya cerpen di Aneka Yess! Itu keren banget >,< Aku pengen banget cerpenku dimuat di sana. Yah, tapi karena seleksinya ketat bulan November 2011, aku harus kembali menangis karena cerpenku gagal masuk 10 besar. Tapi tenang kok, aku bakalan tetep setia baca cerpen di Aneka Yess! Dan nulis cerpen! Aku setuju sama Fira Basuki, writing is my passion!
0 komentar:
Posting Komentar